PERBANDINGAN AGAMA
( DINAMISME )

Setiap manusia yang lahir ke muka bumi, membawa suatu tabiat dalam jiwanya, yaitu ingin beragama yang ingin mengabdi dan ingin menyembah terhadap sesuatu yang di anggapnya Maha Kuasa. Selain dari pada instink dan pembawaan jiwa, ada lagi hal-hal yang mendorong manusia untuk beragama, yaitu suasana kehidupan dimuka bumi ini, yang dilingkari oleh bermacam-macam kesulitan dan bahaya, kesulitan dan kesukaran yang tiada di ingkari manusia, seperti : berbagai musibah, penyakit, kemiskinan, bahaya yang langsung mengenai diri sendiri seperti tua dan mati, yang tidak dapat di elakkan oleh siapapun bila datang menimpa dirinya, atau pun bencana alam yang dahsyat, menimpa harta benda, ketentraman dan jiwa manusiaseperti gempa bumi, bnjir besar, topan besar dilaut atau dio darat, bahaya api dsb. William James sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata menegaskan bahwa: “ Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selam itu pula ia beragama (berhubungan dengan tuhan). Itulah sebabnya mengapa perasaan takut merupakan sebuah dorongan yang besar untuk beragama. Sehingga timbul pengertian bahwa agama primitif adalah agama pada stadium pertama, yang selanjutnya mengalami kemajuan-kemajuan melalui politeisme menuju pada monoteisme. Dalam pembhasan akan diuraikan secara terperinci mengenai salah satu kepercayaan masyarakat primitif yaitu yang terkenal dengan istilah dinamisme.


Pengertian Dinamisme

Dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa yunani, yaitu Dunamos dan dalam bahasa inggris menjadi Dynamis yang pada umumnya diterjemahkan kedalam bahasa indonesia dengan : kekuatan, kekuasaan, atau khasiat, dan dapat diterjemahkan dengan daya. Yang dimaksud adalah kekuatan atau kesaktian yang gaib karena orang primitif masih gelap terhadap hakikat kekuatan tersebut.
Dalam Ensiklopedi umum sebagai mana yang dikutip dalam buku Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN, dijumpai definisi Dinamisme sebagai kepercayaan keagamaan primitif pada zaman sebelum kedatangan agama hindu ke Indonesia, selanjutnya dinyatakan bahwa dasarnya adalah percaya adanya kekuatan yang maha ada yang berada di mana-mana. Umumnya oleh banyak ahli disebut mana. Dinamisme disebut juga pre animisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau makhluk mempunyai mana. Adapun definisi Dinamisme menurut Sampurna yaitu suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga/kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup.


Beberapa Konsep Berkaitan Erat dengan Dinamisme

Dalam bahasa ilmiah, kekuatan gaib seperti yang disebutkan pada definisi di atas adalah yang disebut dengan mana, dan dalam bahasa indonesia tuah atau sakti. Mana itu tidak kelihatan, hanya bekasnya saja yang tampak dan bisa berpindah-pindah tempat baik pada manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang lain, segala sesuatu yang dipandang mengandung mana, ia mendapat perhatian istimewa dari masyarakat primitif, sebab ia mempunyai kekuatan yang lebih dari pada biasanya.
Mana ini ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Dalam masyarakat yang menganut kepercayaan dinamisme, mereka berusaha untuk dapat memiliki mana sebanyak-banyakny, agar mereka terpelihara keselamatannya dan terhindar dari mara bahaya. Untuk itu mereka mengadakan upacara-upacara, mantera-mantera dan mempersembahkan saji-sajian. Sedangkan benda-benda kecil yang mengandung mana disebut dengan fetish, seperti keris, tombak, cincin, dll. Hampir sama dengan fetish dan relique, yaitu barang-barang pusaka peninggalan orang – orang tua yang dianggap mengandung mana.


Perbedaan Animisme dan Dinamisme

Animisme ialah percaya kepada kewujudan roh, mereka juga percaya roh orang mati akan mengganggu mereka, mereka juga percaya bahwa roh orang mati sewaktu-waktu akan melawat mereka maka mereka selalu mengadakan arwah sepertipada hari ke-3,7,100,dsb. Mereka percaya kepada semangat-semangat yaitu suatu kuasa gaib terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan binatang, maka pemujaan telah diadakan oleh pawang untuk kebaikan seperti pagi menjadi terhindar dari bencana alam. Sedang Dinamisme ialah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang di anggap memiliki kekuatan gaib.


Benda Bertuah

Sejak dahulu hingga sekarang sebenarnya manusia tidak pernah terlepas dari suatu kepercayaan terhadap kekuatan dahsyat diluar dirinya, apa pun bentuk dan caranya. Ada yang percaya pada benda-benda tertentu yang mempunyai kekuatan gaib dan terpengaruh pada kehidupan praktis seperti kekuatan tuah pada keris dan batu cincin. Benda bertuah adalah benda biasa atau benda antik yang mempunyai energi gaib yang bisa di gunakan keperluan apapun sesuai kehendak si pembuat, seperti kekebalan, dll. Benda bertuah ini memiliki tiga kategori yang pertama benda bertuah hasil pengisian atu sering disebut dengan benda afirmasi, kedua benda bertuah hasil penarikan alam gaib, dan yang terakhir adalah benda alam yang tercipta dengan sendirinya dan memiliki kekuatan murni dari alam.
Benda bertuah hasil pengisian adalah benda biasa apapun (bisa batu permata, boll poin, gunting,dll) yang di isi oleh orang yang berilmu (gaib) tinggi, tingkat kadar kekuatan energinya pun tergantung dengan si pembuat pusaka itu sendiri.
Benda bertuah asli alam gaib merupakan benda pusaka yang diambil dari alam gaib. Pada dasarnya juga sama, yaitu diisi oleh seseorang namun bukan layaknya pengisian pada zaman sekarang, tetapi pengisian benda sakti lebih dikategorikan pengisian dengan jalan pendekatan kepada Tuhan YME sehingga energi yang dihasilkan berupa energi berkah.
Benda alami adalah benda alam yang tercipta sebagai bukti salah satu kekuasaan Tuhan. Benda tersebut bukanlah benda dari hasil dari pengisian seperti pada kategori kedua benda diatas. Benda alami asli tercipta dalam sendirinya tanpa rekayasa dari manusia bentuknya pun sama dengan benda lain yang ada diatas muka bumi seperti bambu petuk, kau stigi, galih kelor, mustika,dsb.
Peranan Dukun
Kepercayaan-kepercayaan terhadap dinamisme, mana, fethis dan magic membuahkan berbagai upacara. Upacara – upacara itu biasanya dilakukan oleh masyarakat bersama – sama. Hal ini kelihatan dalam tarian –tarian primitif yang bersifat kusus itu. Dibawah raja –raja dan imam – imam. Terdapat pula pada bangsa primitif itu berbagai imam. Diantara mereka ini populer sekali disebut dengan dukun dan syaman.
Dukun ialah orang yang mempunyai kekuatan gaib, yang tahu akan upacara – upacara yang diperlukan untuk menggunakan daya kekuatan itu dan menjalankan upacara – upacara itu untuk kepentingan masyarakat. Ia bekerja secara sadar dengan ilmu pengetahuannya.
Dengan ini jelaslah, bahwa bagi masyarakat yang percaya pada takhayul, dukun, dan syaman sangat diperlukan, dihargai, dan dipuja, karena mempunyai fungsi ganda yang cukup penting, yaitu mediator antara manusia dengan alam gaib atau roh dan mengatasi segala macam penderitaan. Mana ada yang bersifat baik dan buruk, sehingga orang – orang yang ahli, seperti dukun, ahli sihir, dsb, mana ini bisa dipindah – pindahkan ke benda – benda tertentu yang dikehendaki. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang demikian kedudukan dukun sangat disegani.


Magic atau Magi

Dalam Ensiklopedi Umum tertulis, bahwa Magi ( kekuatan gaib) adalah cara – cara tertentu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib sehingga orang yang mempraktekkannya dapat menguasai orang lain, baik dalam pikirannya maupun dalam tingkah lakunya.
Menurut arti katanya, gaib berarti segala sesuatu yang tersembunyi dari pengamatan. Ada dua macam gaib, yaitu gaib mudhofi ( sesuatu yang relatif disuatu waktu dan tempat, misal : orang yang tidak hadir disuatu tempat, berarti ia gaib ditempat itu) dan gaib muthlaq (sesuatu yang tidak bisa diamati oleh panca indera dalam situasi apapun).
Dalam Ensiklopedi umum tertulis, bahwa magi (kekuatan gaib) adalah cara – cara tertentu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib sehingga orang yang mempraktekkannya dapat menguasai orang lain, baik dalam pikirannya, maupun tingkanh lakunya. Magis (kekutan gaib) merupakan suatu hubungan antara pelaksanaan suatu perbuatan dan hasil yang didatangkannya, mana kala cara untuk mencapai hasil perbuatan tersebut tidak diketahui dengan jelas, karena tidak menurut kaidah ilmu pengetahuan. Ketidak tahuan hubungan yang tidak dapat difahami antara perbuatan dan hasil yang diharapkan inilah yang telah membuat manusia bersedia untuk menerima agama – agama tradisional / primitif yang pada garis besarnya juga didasarkan atas magis.
Ajaran mistik lainnya untuk mencapai tujuannya berdaya upaya melepaskan batin dari alam nafsu naik menuju Tuhan, terutama dengan menimbulkan suatu keadaan extase (rasa batin) yaitu orang merasa bersatu dengan Tuhan yang disembahnya. Untuk itu dengan ketaqwaan saja kerap kali belum dianggap cukup, harus dibantu dengan cara- cara yang dapat menimbulkan kekuatan gaib, seperti menari berputar – putar atau senantiasa menggerak – gerakkan badan kian kemari dengan mengucapkan lafal – lafal dan latihan badan lainnya, atau orang berusaha senantiasa berpuasa dan begadang sambil mendengarkan bunyi – bunyian atau dengan mengisap asap kemenyan.
Maka sikap hidup primitif adalah sikap hidup magis dan ini berarti bahwa sikap hidup itu adalah suatu perlawanan terhadap kekuasaan – kekuasaan yang dijumpai mereka. Mereka tidak tunduk kepada kekuatan –kekuatan yang dijumpai melainkan berusaha menahlukannya.


Pandangan Islam Terhadap Dinamisme

Berkenaan dengan doktrin tentang alam, Islam membagi alam menjadi dua, yaitu syahadah (dapat di indera) dan alam gaib (tidak dapat di indera). Pada hakikatnya yang gaib itu semuanya ada, seperti adanya malaikat dan jin. Hanya saja indera manusia dibatasi untuk tidak melihatnya. Maka, yang gaib itu tetap ada, hanya indera kita yang terbatas untuk menangkap seluruh yang ada. Karena itu, yakin adanya yang tidak diketahui (akhirat dan lain –lain) sama dengan yakin adanya apa yang diketahui sekarang, sama – sama di tuntut oleh agama islam. Adapun dalam pandangan Islam, Dinamisme merupakan sesuatu yang tidak dibenarkan karena hal itu termasuk syirik.
Apabila tunduk kepada selain Allah, berarti manusia telah menyalahi fungsinya sebagai kholifah yang berarti mempersekutukan Allah. Manusia yang tunduk kepada alam maka ia dikuasai oleh alam. Manusia yang hidupnya dikuasai oleh alam, melahirkan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Maka sepanjang Dinamisme tetap kepada kepribadiannya, yaitu memuja dan mempercayai kekuatan gaib, ia termasuk syirik dan tak ada ampunan Allah bagi orang – orang yang menyembah pada selain Allah dan, ialah segala apa yang kita percayai, sedang agama dalam arti subyektif ialah dengan cara bagaimana kita berdiri di hadapan tuhan dan bagaimana kita harus berkelakuan mentaati segala perintah dan meninggalkan segala larangan – Nya.
Islam mengajarkan bahwa orang tidak boleh menghormati dan menyembah selain Allah, sebagaimana ditegaskan dalam syahadat yang pertama yang artinya : saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Hanya Allah sajalah yang Maha menjadikan, Maha Kuasa dan Maha Tinggi serta Maha Bijaksana.
Allah berfirman yang artinya : janganlah kamu sujud bersembah kepada matahari dan jangan pula kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakan matahari dan bulan, jika kamu benar – benar ingin menyembah kepada –Nya. (Qs. Fush-shilat :37)
Kita sebagai kaum muslimin harus waspada, jangan sampai iman kita dikotori oleh anasir – anasir Dinamisme. Benda adalah tetap benda, apakah benda itu berwujud sebutir batu , sepotong besi, atau secarik kertas yang ditulis, nilainya sama saja. Kesemuanya tak mungkin mengandung kekuatan gaib, tak mungkin mengandung gaya sakti lebih dari apa yang telah ditentukan oleh sunatullah atau hukum alam.


PENUTUP

Sampai sejauh ini telah dibicarakan secara ringkas kepercayaan , dinamisme dan gagasan tentang Tuhan Tertinggi. Dinamisme yang dibicarakan sejauh ini adalah sebagian kecil saja dari apa yang biasanya disebut agama bangsa – bangsa primitif dan secara keseluruhan merupakan gambaran yang bulat tentang agama bangsa – bangsa primitif.
Sebagai telah dibicarakan diatas Dinamisme adalah kepercayaan yang khayal belaka. Islam tidak membenarkannya, sebab hal itu termasuk syirik ( menyekutukan Tuhan),orang yang menjalankanny disebut musyrik.
Dalam uraian tentang Dinamisme terhadap beberapa pengertian atau definisi yang diberikan terhadap Dinamisme itu yang menghubungkannya langsung dengan agama. Ada yang mengatakan Dinamisme sebagai jenis faham dan perasaan keagamaan, ada juga yang mengatakan sebagai kepercayaan keagamaan dan juga sebagai salah satu macam bentuk struktur dari agama primitif.